Pengamat Komunikasi Politik Unair Nilai Pemasangan Billboard di Masa Pandemi Cederai Semangat Perjuangan

BACASAJA.ID – Di tengah perjuangan menekan lonjakan kasus kedua pandemi Covid-19, beberapa politikus justru sibuk memasang billboard foto mereka di sepanjang jalan. Tindakan itu pun memunculkan banyak kritikan dari masyarakat karena dianggap tidak berempati.

Merespons hal itu, salah seorang pengamat komunikasi politik dari FISIP Unair Irfan Wahyudi, Ph.D., menilai bahwa secara teknis pemasangan billboard tersebut tidak menjadi masalah. Pasalnya, pemasangannya tidak dilakukan secara liar, namun dilakukan di tempat yang memang diizinkan untuk memasang billboard.

“Sebenarnya sah-sah saja ya pasang billboard, namun yang perlu diperhatikan adalah pesan di dalamnya. Kalau pesannya justru menyiratkan tentang kepentingan politik, tentu itu mencederai semangat rakyat yang tengah berjuang melawan Covid. Jadi, yang salah itu bukan billboard-nya sebagai media, tapi pesan yang disampaikan,” terangnya, Jumat (13/8/2021).

Dosen yang biasa disapa Irfan menyebutkan, ada dua cara penyampaian pesan yang digunakan oleh para politikus dalam billboard tersebut. Yakni promosi secara terang-terangan atau hardselling dan promosi secara ‘malu-malu’ melalui tulisan jargon.

Dua cara tersebut, dianggapnya sebagai tindakan yang tidak berempati karena tidak mencerminkan kondisi sekarang ini.

“Pemasangannya seolah menyampaikan bahwa apapun yang terjadi saya tetap akan promosi diri agar dikenal masyarakat untuk persiapan laga 2024,” imbuhnya.

Alih-alih menampilkan foto diri dengan masing-masing jargon, dosen kelahiran Jombang itu menilai lebih baik billboard tersebut diisi dengan iklan yang bisa mempersuasi masyarakat untuk mematuhi protokol kesehatan dengan baik, cara mencuci tangan yang benar, atau pesan positif lainnya yang bisa meningkatkan optimisme dalam melawan krisis kesehatan dan ekonomi.

Terlebih, mengingat bahwa sebentar lagi adalah HUT Kemerdekaan, Irfan menyebut pemasangan iklan dengan tema semangat kemerdekaan juga dianggapnya lebih pas untuk dilakukan.

“Konsep periklanan yang dilakukan itu tidak masuk semua dan hanya buang-buang uang. Bahkan, pesan promosi diri tidak tersampaikan kepada masyarakat dan justru menjadi bumerang yang berbalik menyerang ke mereka sendiri,” jelas dosen mata kuliah media tersebut.

Ditanya perihal seberapa besar pengaruh pemasangan billboard terhadap elektabilitas para politikus, wakil dekan bidang riset FISIP itu menjelaskan bahwa efektifitasnya sangat beragam bergantung pada pesan dan di mana billboard itu dipasang.

Sebagai alat peraga yang bisa dilihat secara langsung, Irfan mengutarakan apabila billboard tersebut mampu memunculkan engagement atau tindakan di mana seseorang mulai kepo dan mencari tahu lebih detail mengenai sosok yang diiklankan, maka pemasangan iklan itu berhasil tersampaikan dengan baik.

“Yang perlu diperhatikan adalah jangan dulu mementingkan diri sendiri atau partai dalam kondisi sekarang ini. Kearifan atau kebijaksanaan perlu diutamakan sebelum bertindak karena pemasangan billboard itu memakai ruang publik secara visual,” pungkasnya. (byta/rg4)

Back to Top